Sosialisasi Bacaleg ala Tigor (1)

TIDAK ingin ketinggalan dari Bacaleg lain, Lae Tigor yang juga seorang pengurus STM (Sekitar Tolong Menolong) mulai mensosialiasikan dirinya sebagai Bacaleg. Cara yang dipakainya, cukup sederhana dan tak perlu uang banyak. Ia mencetak ratusan kartu-kartu kecil (baca: kartu nama). Pada kartu itu tertulis nama Lae Tigor dari partai ……..
Pas ada anggota STM yang meninggal dunia, Lae Tigor menjadi pencatat dan penerima uang duka dari para anggota (sebelumnya pekerjaan itu diserahkan kepada bawahannya).
Ditemani seroang pengrus, sejak pagi ia sudah berada di sekitar rumah yang berduka. Ia menyiapkan kursi dan meja tempatnya menulis.
Menjelang siang berdatanganlah para anggota STM untuk mengikuti acara adat sekaligus menyerahkan uang duka. Jumlah uang yang harus disetor para anggota sudah ditentukan dalam AD/ART.
Tiur : Ini uang duka dari kami.
Tigor: Tunggu sebentar, jangan langsung pergi (sembari membolak balik buku besarnya mencari nama Tiur).
Tiur : Hanya ini, yang belum kami bayar, waktu si anu itu meninggal, kami setor juga kok
Tigor: Tunggu sebentar, jangan langsung pergi, tunggu balik uangnya
Tiur : Balik apa, uangku kan pas, tidak ada kembaliannya.
Tigor: Tunggu sebentar, jangan langsung pergi. (Tigor kemudian merogoh kantongnya dan memberi beberapa lembar kartu namanya). Ini kembaliannya. Tunggu di rumah, satu tahun lagi aku datang. (sihotang, j)