Beranda News Buka Mata Oh… Tanah Karo Simalem

Oh… Tanah Karo Simalem

366
0
Kemacetan setiap saat terjadi, terutama pagi hari dan sore di jalan lintas nasional, tepat nya jalur jalan Kabanjahe-Berastagi serta sebaliknya. (f: Metro24jam.news/dede basyri)

BERASTAGI, Metro24ajam.news – Kabupaten Karo atau kerap disebut Tanah Karo, salah satu daerah kepingan surga, yang diilhami Tuhan Yang Maha Esa. Keelokannya tersohor hingga sampai ke mancanegara.

Bagaimana tidak, Tanah Karo merupakan wilayah pegunungan diapit dua gunung aktif, Sinabung dan Sibayak. Sudah tentu memiliki unsur tanah nya subur.

Masyarakat nya sendiri sekitar 50 persen lebih memilih bercocok tanam, atau selaku petani, yang mampu menyongsong masa depan bagi keluarga nya. Tidak jarang, anak-anak mereka mengenyam pendidikan hingga sampai ke perguruan tinggi yang berkelas, dan ada sampai ke luar negeri.

Hasil panen, yang mereka raup dari tanaman nya, tak jarang mengantarkan mereka memanjakan mata bermain ke luar negeri. Ada juga, yang membawa mereka berangkat ke tanah suci Mekkah serta Bethlehem

Selain memiliki tanah yang subur, Tanah Karo Simalem (Subur) juga masih kental dengan adat istiadat. Tidak itu saja para wisatawan, baik lokal dan mancanegara yang melancong ke Tanah Karo Simalem dapat berdecak kagum dengan melihat keindahan Taman Alam Lumbini yang terdapat Komplek International, Buddhist Centre Taman Alam dengan memiliki luas sekitar tiga hektare, terdapat di Desa Dolat Rayat, Kecamatan Dolat Rayat.

Taman Alam Lumbini merupakan replika Pagoda Shwedagon, yang berada di negara Myanmar (Burma). Serta tertinggi kedua setelah negara Burma, dan merupakan Pagoda yang tertinggi di Indonesia, dengan meraih Museum Rekor Indonesia (MURI).

Selain itu, Air Terjun Sipiso Piso merupakan air terjun tertinggi di Indonesia, dengan mencapai ketinggian 120 meter, terdapat di Desa Tongging, Kecamatan Merek.

Letusan Gunung Sinabung di akhir tahun 2010, menjadi sorotan mancanegara kepada Pemerintahan Kabupaten Karo. Letusan yang tidak kunjung mereda bertahun tahun lama nya, membuat puluhan jiwa melayang, ribuan warga mengungsi, triliunan dana dilontarkan negara kepada Pemkab Karo.

Tanah Karo Simalem Nasib Mu Kini

Pagelaran pesta Buah dan Bunga kini mulai aktif kembali, digelar setiap tahun nya oleh Pemkab Karo melalui Dinas Pariwisata. Sebelum nya, sempat vakum lantaran Covid – 19 melanda dunia, berdampak pada negara Indonesia tercinta. Hanya festival tersebut, tersisa mengantarkan mata mancanegara ke Tanah Karo Simalem.

Bicara soal kebersihan, seperti nya kalah dengan kabupaten sebelah wilayah Tanah Karo Simalem. Seperti Kabupaten Deli Serdang, Langkat, Kota Binjai, Simalungun dan Kota Siantar.

Soal fasilitas prasarana belanja, Kabupaten Karo juga kalah dengan Kota Siantar. Di Siantar dapat ditemui Ramayana.

Terkait akses jalan merupakan penunjang, bagi wisatawan guna melangkah kan kaki ke wilayah kota wisata berlambang tugu jeruk, dan kol (Kubis) Pemkab Karo juga kalah dengan kabupaten perbatasan atau sebelah.

Meski terdapat akses pelebaran jalan nasional sekitar 1,4 kilometer jalur Berastagi – Kabanjahe, tetap saja ditemui jalur jalan nasional yang rusak, seperti berlubang dan tidak rata akibat sistem tambal sulam. Terkesan dari jalur jalan saja Pemkab Karo tertinggal.

Akibat nya, menjadi sarapan pagi kemacetan lalu lintas kerap dirasakan warga Tanah Karo Simalem. Kemacetan kerap terjadi di wilayah Desa Raya menuju Pajak Roga Berastagi hingga Kota Berastagi.

Kemacetan tanpa sebab, yang kerap dirasakan penguna jalan. Baik pada pagi hari saat aktivitas berjalan, hingga sampai pulang aktivitas sore hari. Terjadinya kemacetan tersebut tidak lepas dari para sopir angkutan umum kota, dalam provinsi, serta kendaraan pribadi seperti pengangkut buruh aron ladang, yang kerap ugal ugalan mementingkan keperluan sendiri.

Berdampak pada tidak teratur nya lagi kendaraan di jalur jalan, membuat jalur lapis satu arah menjadi dobel. Isyarat saling mendahului kendaraan masing – masing di kode para sopir. Bak raja jalanan para sopir memacu gas kendaraan nya.

Selain ngebut akibat memacu adrenalin jalanan, antara sopir angkutan kerap selisih paham, lantaran satu sama lain tidak mau mengalah, seperti tidak diberi jalan atau dikasih duluan, hingga terjadi senggolan sesama kendaraan berujung pada perkelahian.

Perkelahian tersebut tak jarang mengunakan senjata tajam, berupa kapak, dan parang yang kerap tersedia di dalam angkutan mereka. Tentunya membuat kemacetan panjang, lantaran perkelahian sesama sopir ibarat tawuran antar gank terjadi. Membuat kemacetan panjang terjadi, lantaran sejumlah kendaraan mereka diberhentikan di tengah jalan. Suara histeri dari penumpang pun terdengar, dan memilih turun dari angkutan tersebut.

“Pantesan macet, rupanya ada senggolan angkutan umum dengan L300. Apa engak makin panjang macet ini,” cetus Kapok Surbakti, Senin (31/1/2023) yang meraskan kemacetan.

Kapok Surbakti mengatakan, tidak terjadi senggolan kendaraan saja jalur jalan lintas nasional tepat di simpang RS Amanda Berastagi sudah menuai kemacetan setiap pagi dan sore, apa lagi ada senggolan seperti ini. Ditambah lagi terjadi perkelahian.

“Selain memacu adrenaline dalam melintas jalur jalan, kita juga dipacu dengan menahan emosi. Jika tidak bisa kita tahan emosi, tentu akan berkelahi setiap saat. Kacau memang pola fikir penguna jalan kita ini. Apa engak ditertawai kita sama pendatang atau pelintas jalan yang mau berkunjung ke Berastagi,” pungkas nya.

Amatan Metro24Jam.news – setiap saat kemacetan tanpa sebab itu sudah pasti, apa lagi jika ada kendaraan yang mogok, sudah tentu macet. Ditambah lagi curah hujan turun menguyur, seperti saat ini Selasa (1/2/2023) maka jalan lintas nasional banjir seperti di Desa Raya Berastagi. Dengan terjadinya banjir, maka kemacetan panjang akan berlangsung.

Tidak pernah teratasi oleh Pemkab Karo, bagaimana solusi untuk tidak banjir bila curah hujan datang, apa lagi mengatasi kemacetan. Namun, jika saat pemilihan Calon Bupati bergulir, maka janji – janji manis memperbaiki jalan, dan mengatasi banjir kerap dilontarkan. Warga Karo seakan akan tidur manis dengan janji para petinggi tanpa nyata.

Penulis: Dede Basyri Hasibuan.