
Metro24jam.news, SERGAI – Robert Sagala, manager ) PT Socfindo Kebun Mata Pao ketika ditemui Metro24jam.news, mengatakan terkait penutupan akses jalan alternatif dari Desa Sei Rejo menuju Sei Rampah, sudah dikordinasikan dengan Kepala Dusun, Kepala Desa Sei Rejo dan Camat Sei Rampah.
“Perusahaan PT Socpindo sudah menyampaikannya dua hari yang lalu atau Selasa 11 Oktober 2022 di kantor Camat Sei Rampah melalui pak Kadus, pak Kades dan camat terkait penutupan jalan alternatif itu. Karena tidak mungkin disampikan dor to dor kepada warga,” ujar Robert Sagala di ruang kerjanya, PKS Kebun Mata Pao, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai, Kamis (13/10/22) sore.
Menurut dia, sebagai bentuk kepedulian kepada warga, perusahaan memberikan bantuan pasir sertu untuk penimbunan jalan Pasar Kawat, agar masyarakat dapat melalui jalan itu.
“Baru itu yang bisa bisa kami bantu sebagai bentuk kompensasi PT Socpindo kepada warga. Dan pihak perkebunan PT Socpindo sudah menerima permohonan izin perawatan jalan yang disampaikan oleh pemerintah setempat,” lanjut Robet Sagala.
Jalan Potong ke Sei Rampah
Amatan Metro24jam.news Kamis (13/10/22) pukul, 08,30 Wib, PT Socpindo Mata Pao memutus jalan alternatif di Dusun IX, Desa Firdaus, Kecamatan Sei Rampah, Sergai.
Akibat diputusnya jalan alternatif itu warga sekitar perkebunan sedikit kecewa. Pasalnya menurut beberapa warga, akses jalan itu merupakan jalan potong (singkat cepat) menuju kota Sei Rampah khususnya bagi pelajar yang sekolahnya di seputaran Sei Rampah.
Ramidi (54) warga Dusun 9, Desa Firdaus mengatakan, selama ini jalan alternatif tersebut dilintasi anak sekolah yang mau ke SMA Negeri Sei Rampah. “Kasihan mereka,” katanya.
Tak hanya itu, jika ada warga yang meninggal dunia nantinya, tentunya akan sangat jauh jika memutar melalui kota Sei Rampah. “Yang paling buat kami bingung, nanti kalau ada yang meninggal dunia terpaksa mutar lah,” ungkap Ramidi.
Hal yang sama juga dikatakan Ida, warga sekitar yang terkejut atas pemutusan jalan alternatif tersebut. Ia menjelaskan bahwa jalan itu digunakan sejak ia belum lahir. “Udah lama kali jalan ini, dari awak belum lahir pun,” urainya. Ida berharap kalau bisa jangan diputus jalan alternatif itu. Bambang Sujatmiko